Nurul Qomariyah - detikFinanceJakarta - Setelah mencatat rekor penguatan terbesar dalam 75 tahun, saham-saham di Wall Street akhirnya ditutup melemah meski sempat dibuka menguat tajam.
Pada perdagangan Selasa (14/10/2008), indeks Dow Jones ditutup melemah tipis 76,62 poin (0,82%) ke level 9.310,88. Nasdaq juga melemah 65,24 poin (3,54%) ke level 1.779,01 dan Standard & Poor's 500 turun 5,34 poin (0,53%) ke level 998,01.
Di awal perdagangan, saham-saham sempat menguat tajam setelah pemerintah AS mengumumkan rencana untuk membeli saham-saham perbankan hingga US$ 250 miliar, dalam rangka mengatasi krisis finansialnya.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sempat menguat hingga 382,23 poin (4,07%) ke level 9.769,84 saat pembukaan. Indeks teknologi Nasdaq juga menguat 46,40 poin (2,52%) ke level 1.890,65 dan Standard & Poor 500 menguat 19,04 poin (4%) ke level 494,55.
Saham-saham bergerak sangat volatile karena masih munculnya kekhawatiran bahwa perekonomian tidak akan bisa menghindari resesi, kendati ratusan miliar dolar sudah digelontorkan ke sistem finansial.
Kekecewaan atas proyeksi pendapatan PepsiCo memicu kekhawatiran ini, karena pembuat soft drink dan snack ini biasanya bisa melewati kerasnya perekonomian. Saham PepsiCo terpuruk ke level terendah sejak crash market tahun 1987.
Saham-saham teknologi juga memicu pelemahan, sehingga indeks Nasdaq terpuruk cukup dalam. Intel menjadi pemicu utama pelemahan, dengan penurunan sempat mencapai 6,2% sebelum akhirnya ditutup naik 4% setelah keluarnya laporan keuangan yang sekaligus menepis ekspektasi analis.
Sementara saham-saham perbankan justru menguat setelah Depkeu AS mengumumkan pembelian saham-saham perbankan dan langkah penyelamatan lainnya. Citigroup naik 18,2% dan Bank of America naik 16,4%.
"Sementara banyak berita yang difokuskan pada sektor finansial, sekarang ada pergerakan secara lambat tsunami ini sebagaimana perekonomian menjadi keprihatinan," ujar Steve Goldman, analis dari Weeden & Co seperti dikutip dari Reuters.
"Pergerakan yang besar dipicu oleh sentimen pasar tentang paket bailout dan outlook ekonomi," ujar Sara Kline dari Economy.com seperti dikutip dari AFP.
"Sektor-sektor perbankan naik tajam, setelah detail dari intervensi besar-besaran pemerintah di sektor finansial diklarifikasi. Namun saham teknologi menahannya, karena outlook melemahnya belanja," imbuhnya.(qom/qom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar