Zeronews-ekbis. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry Firmasnyah menilai, terpuruknya bursa saham merupakan fenomena global.Faktor utama terpuruknya bursa saham, kata dia, akibat kasus subprime mortgage di AS, fluktuasi harga minyak mentah dan inflasi di dalam negeri. "Jadi bukan indeks kita saja yang turun, semua pasar bursa dunia juga turun. Dan penurunan IHSG sampai titik terendah (di level 2.042,498) itu, bukan sesuatu yang aneh," jelasnya di Jakarta, Kamis (21/8/2008).
Erry menambahkan, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga saat ini, relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara di Asia. Erry menyebut bursa China tercatat sudah mengalami penurunan indeks sebesar 50 persen, bursa India turun 30 persen, Hong Kong turun 25 persen dan bursa Singapura turun sebesar 19 persen. "Penurunan indeks kita sama dengan Malasyia di kisaran 23 persen. Jadi penurunan kita masih dibawah rata-rata bursa Asia," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan meskipun kondisi pasar cenderung lesu, otoritas pasar modal tidak bisa melakukan intervensi. Kelesuan pasar ini merupakan kondisi yang wajar, pasalnya pasar itu bersifat dinamis terkadang naik dan pada titik tertentu terkoreksi.
Erry mengakui, pada awal semester II-2008 ini, transaksi harian Bursa Efek Indonesia menurun dibandingkan semester I-2008. Dia menyebut, rata-rata perdagangan di awal tahun sebesar Rp5,3 triliun per hari, sedangkan pada awal semester II-2008 turun menjadi Rp2,9-3 triliun.
Sementara itu pada perdagangan hari ini, IHSG ditutup di level 2.088,251 dengan nilai perdagangan sebesar Rp3,112 triliun. Posisi ini menguat tipis dibandingkan perdagangan Selasa (19/8) lalu, yang berada pada posisi terendah sepanjang tahun 2008 yaitu berada di level 2.042,498.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar